Jumat, 10 Desember 2010

Gerakan Baru dalam Dunia Pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengajaran Alam Sekitar
            Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan Heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven.
Manusia hidup dalam lingkungan tertendu dan harus memanfaatkan lingkungan pribadi dengan sebaik-baiknya, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan pribadi manusia itu sendiri. Dalam kehiduan sehari-hari, alam sekitar maupun lingkungan manusia besar sekali pengaruhnya kepada peserta didik. Oleh sebab itu, dalam pendidikan dan pengajaran harus memanfaatkan alam sekitar.Imanuanel Kant berpendapat bahwa, pengertian tanpa pengamatan adalah kosong dan pengamatan tanpa pengertian adalah buta. Artinya, antara pengamatan dan pengertian terdapat hubungan yang saling menunjang serta memperkuat. ( “Zahara Idris dan Lisma Jamal” )
Perintis gerakan ini adalah FR. A. Finger (1808-1888) dari Jerman dengan Heimatkunde (pengajaran alam sekitar) dan J. Lingthar (1859-1916) dari Belanda dengan Het Volleleven (kehidupan senyatanya). Menurut J. Lingthart pengajaran alam sekitar adalah pengajaran barang sesungguhny. Dalam pelaksanaan pengajaran yang amat penting adalah susana yaitu ketulus-ikhlasan, kasih sayang, persaudaraan, dan kepercayaan. ( “Tim FIP UNP 2006 “ )
Dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, peserta didik harus mengerti dan memahami apa yang diamatinya. Pengejaran alam sekitar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan konsep-konsep berdasarkan hal-hal yang konkret. Dalam proses pengajaran, anak lebih aktif dan kreatif. Sebagai contoh, pengajaran alam sekitar dilaksanakan dengan metode karya wisata.
Prinsip-prinsip Heimatkunde
1.      Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung betapa pentingnya pengajaran dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar orang pengajaran.
2.      Pengajaran alam sekitar memberikan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan catat saja.
3.      Pengajaran alam sekitar untuk memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk pengajaran dengan cirri-ciri dalam garis besarnya sebagai berikut :
·         Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tertapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengerahkan usahanya untuk mencapai tujuan.
·         Suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala suatu diputuskan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam sekitarnya.
·         Suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu berhubung-hubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur.
4.      Pengajaran Alam Sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalistis. Yang dimaksud dengan apersepsi intelektual adalah segala sesuatu yang baru dan masuk didalam intelek anak, harus dapat luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Harus terjadi proses asimilasi antara pengatahuan lama dengan pengatahuan baru.
5.      Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karna alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan anak.
Prinsip-prinsip J. Lingthart
1.      Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar namanya, tidak kebalikannya, sebab kata itu hanya suatu tanda dari pengertian tentang barang itu.
2.      Pengajaran yang sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau mata pengajaran yang laen harus dipusatkan atas pengajaran itu.
3.      Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya kesemua jurusan, agar murid paham akan hubugan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya ( Pegajaran Alam Sekitar ).
Langkah-langkah Pengajaran Alam Sekitar
Ø  Menetapkan tujuan
Yaitu, menetapkan kemampuan yang ingin dicapai sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Ø  Persiapan guru dan peserta didik
Gunanya untuk memperlancar proses peninjauan dan pengamatan objek yang telah ditetapkan serta pengolahannya.
Ø  Pelaksanaan pengamatan
Tugas guru yaitu membimbing/ membantu peserta didik agar kegiatan pengamatan berlangsung dengan lancar.
Ø  Pengolahan
Perencanaan dan kesiapan guru serta peserta didik sangat menentukan keluasan dan kedalaman pengamatan dari masalah yang di amati.
Manfaat pengajaran alam sekitar
a.       Mencegah terjadinya verbalisme dan intelektualisme, sebab peserta didik lebih banyak mempelajari konsep tentang sesuatu cara kongkret/ nyata.
b.      Membangkitkan perhatian spontan peserta didik yang akan mendorongnya untuk melaksanakan kegiatan dengan sepenuh hati.
c.       Peserta didik harus selalu aktif dan kreatif karena mereka senantiasa terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan pengalaman di lapangan.
d.      Bahan-bahan yang dipelajari mempunyai nilai praktis bagi peserta didik.
e.       Peserta didik dijadikan subjek bagi alam sekitarnya.

Keuntungan Pengajaran Alam Sekitar
Pengajaran ini menentang verbalisme dan intelektualisme. Obyek alam sekitar akan dapat membangkitkan perhatian spontan dari anak-anak. Anak-anak selalu didorong untuk aktif dan kreatif. Bahan-bahan yang diajarkan dapat mempunyai nilai praktis. Anak-anak dijadikan subyek bagi alam sekitarnya.Pengembangan Pengajaran Alam SekitarSalah seorang tokoh pengajaran alam sekitar ialah J. Ligthart (1859 – 1859) seorang ahli pendidikan bangsa Belanda. Pengajaran alam sekitar ini oleh J. Ligthart dinamakan “pengajaran barang sesungguhnya”. J. Ligthart menekankan bahwa di dalam pelaksanaan pengajaran yang amat penting ialah suasananya, yaitu ketulusan-ikhlasan, kasih saying, persaudaraan, dan kepercayaan.
2.2. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu: Metode Global dan Centre d’interet.
Pengajaran pusat perhatian didasarkan pada pengajaran alam sekitar yang dititikberatkan pada hal-hal yang menarik perhatian peserta didik/ manusia pada umumnya, kecuali hal itu menjadi kebutuhannya. (“Zahara Idris dan Lisma Jamal”).
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belanda.Dia menghubungkan kebutuhan peserta didik dengan empat insting pokok peserta didik, yaitu: insting untuk makan, insting memiliki dan mempertahankan diri, insting melindungi diri dari bahaya, dan insting untuk aktif. (“Zahara Idris dan Lisma Jamal”).
Pendidikan menurut Decorly adalah ecole pour la vie, par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus didik, di arahkan, dan dipersiapkan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri (hasrat dan cita-cita) dan pengetahuan tentang dunianya (lingkungannya, tempat hidup dihari kedepannya) menurut Decroly, dunia ini terdiei dari alam dan kebudayaan. Dan dunia harus hidup dan mengembangkan kemampuannya untuk mencapai cita-cita. Oleh karena itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang bersifat subyektif dan objektif atas dirinya sendiri dan dunianya. (“Tim FIP UNP 2006”)
Pendapat Decroly tentang pendidikan dan pengajaran
a.       Metode Global (keseluruhan)
Anak-anak mengamati dan meminati secara global (keseluruhan). Hal ini berdasarkan prinsip psikologi gigestal, yaitu dalam mengajarkan membaca dan menulis menggunakan kalimat lebih mudah daripada mengajarkan kata-kata lepas, sedangkan kata lebih mudah diajarkan daripada huruf-huruf secara tersendiri.
b.      Centre d’interst (pusat-pusat minat)
Anak-anak mempunyai minat yang spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuiakan dengan minat-minat spontan tersebut. Sebab apabila tidak, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya.
Anak mempunyai minat spontan terhadap dirisendiri, yaitu ;
1.      Dorongan mempertahankan diri.
2.      Dorongan mencari makan dan minum.
3.      Dorongan memelihara diri.
            Minat terhadap masyarakat (biososial), yaitu ;
1.      Dorongan sibuk bermain-main.
2.      Dorongan meniru orang.
Dorongan-dorongan seperti ini digunakan sebagai pusat minat. Sedangkan pendidikan dan pengajaran harus selalu di hubungkan dengan pusat-pusat minat tersebut.

Asas-asas pengajaran pusat perhatian
1.      Kebutuhan peserta didik dalam kehidupan dan perkembangannya.
2.      Bahan pengajaran merupakan suatu keseluruhan/ totalitas.
3.      Hubungan simbolis antara bagian-bagian dari keseluruhan yang berarti.
4.      Peserta didik harus didorong dan dirangsang untuk aktif dididik agar menjadi anggota masyarakat yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
5.      Hubungan kerjasama yang erat antara keluarga dan sekolah, anggota, dan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat.
Dasar Konsepsi Pengajaran Pusat Perhatian
1.      Asasnya
Orang tua harus memperhatikan khusus anaknya supaya anak tersebut bisa mengerti dalam suatu kehidupan yang dia akan rasakan di dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Bahan Pengajar Merupakan Totalitas
Yaitu orang tua atau guru memberikan bahan kepada anak didik sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang di perlukan oleh anak didik dan memberikan arahan yang terbaik pada anak didik, supaya anak didik bisa di gunakan dengan baik.
3.      Hubungan Simbiosis
Adalah suatu hubungan antara guru dengan anak didik dalam suatu pekerjaan, atau hubungan antara orang tua dengan anak didik di dalam kehidupan sehari-hari, maupun lingkungan masyarakat.
4.      Keaktifan Anak
Yaitu setiap guru menilai anak didik dalam suatu pekerjaan atau dalam kehidupan di sekolah.
Ø  Seorang guru, dia akan menilai anak didik itu dalam kehadiran disekolah atau membuat suatu pekerjaan yang baik.
Gerakan Pengajaran Pusat Perhatian tersebut telah mendorong berbagai upaya agar dalam kegiatan belajar mengajar diadakan berbagai variasi ( cara mengajar, dan lain-lain ) agar perhatian siswa tetap berpusat pada bahan ajaran. Dengan kemajuan teknologi pengajaran, peluang mengadakan variasi tersebut menjadi terbuka lebar, dengan demikian upaya menarik minat menjadi lebih besar. Pemusatan perhatian dalam pengajaran biasanya dilakukan bukan hanya pada pembukaan pengajaran, tetapi juga pada setiap kali akan membahas sub topic yang baru.

1.3.Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Konsepsi sekolah kerja pada dasarnya gabungan dari aliran pendidikan individual dan aliran sosial. Aliran individual menyatakan tugas pendidikan melayani masing-masing individu untuk memperkembangkan diri seluas-luasnya. Sebaliknya, menurut aliran sosial pendidikan semata-mata berfungsi menyiapkan peserta didik mengabdi kepada masyarakat.
John Dewey (1859-1952) sebagai pelopor Aliran sosial modern meniadakan kedua paham tersebut. Karena dia menekankan keseimbangan antara individu dan masyarakat, selain itu dia berpendapat bahwa pendidikan merupakan lembaga yang mungkin mengembangkan kemampuan individu dan masyarakat secara seimbang.
Menurut Dewey, dalam penyelenggaraan pengajaran harus berpusat pada kehidupan nyata, yaitu :
1.      Perwujudan dari hasrat pribadi yang ada pada diri individu.
2.      Memungkinkan berlangsungnya interaksi sosial dan berkembangnya kemampuan pengendalian suasana.
3.      Bersifat problematik sehingga merangsang penjelajahan yang lebih mendalam ( metode inquiry )
*(“H. Zahara Idris. Pengantar Pendidikan 1”)
Pengertian sekolah kerja menurut pandangan para ahli:
1.      JA. Comenius (1592-1570)
Menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan (keterampilan, kerja tangan).
2.      J.H. Pestalozzi (1746-1827)
Mengajarkan bermacam-macam pelajaran pertukaran di sekolahnya.
3.      G. Kerschensteiner (1854-1932)
·         Sekolah kerja bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat. (‘’Tim FIP UNP 2006. Pengantar Pendidikan. Padang : FIP UNP’’).
·         Bentuk sekolah yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya. Oleh karena itu sekolah wajib menyiapkan peserta didik untuk suratu pekerjaan. Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara. Jadi, yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa depan. (‘’http.www.aliran-aliran pendidikan dan implikasi terhadap dunia.com’’).
Yang sering di pandang sebagai bapak sekolah kerja adalah G. Kerschensteiner. Menurutnya, sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik, yaitu:
a)      Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.
b)      Tiap orang wajib menyumbnag tenaganya untuk kepentingan negara.
c)      Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu di usahakan kesempurnaanya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara.
Tujuan sekolah menurut G. Kerschensteinar :
1)      Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri.
2)      Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu.
3)      Agar anak dapat memilki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara.
Menurut Kerschensteiner kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekeja. Bukan pekerjaan otak yang dipentingkan, melainkan pekerjaan tangan, sebab pekerjaan tangan adalah dasar dari segala pengetahuan adat, agama, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan lain-lain.
Jenis-jenis pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, yaitu :
1)      Sekolah-sekolah perindustrian
Misalnya: tukang cukur, tukang cetak, tukang kayu, tukang daging, masinis.
2)      Sekolah-sekolah perdagangan
Misalnya: makanan, pakaian, bank, asuransi, pemegang buku, porselin, pisau, dan gunting dari besi.
3)      Sekolah-sekolah rumah tangga
Bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik.
Pengikut G. Kerschensteinar yaitu Leo de Paeuw. Dia adalah seorang diraktur jenderal pengajaran normal di Belgia, yang mendirikan sekolah kerja seperti Kerschensteinar di negaranya.
Leo de Paeuw membuka lima macam sekolah kerja, yaitu :
1)      Sekolah teknik kerajinan, bersifat intelektualistik
2)      Sekolah dagang, bersifat intelektualistik
3)      Sekolah pertanian bagi anak laki-laki, bersifat intelektualistik
4)      Sekolah rumah tangga kota, bagi anak permpuan
5)      Sekolah rumah desa, bagi anak perempuan
Gerakan sekolah kerja sangat mendorong berkembangnya sekolah kejuruan di setiap negara termasuk Indonesia. Peranan sekolah kejuruan pada tiangkat menengah merupakan tulang punggung penyiapan tenaga terampil yang diperlukan oleh negara-negara yang sedang membangun seperti Indonesia. Pendidikan keterampilan sangat diperlukan oleh setiap orang yang akan memasuki lapangan kerja. Jadi, Pengaruh terbesar dari gagasan sekolah kerja yaitu pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus, balai latihan kerja, dan sebagainya.
Dasar-dasar sekolah kerja :
  1. Peserta didik aktif berbuat, mengamati sendiri, memikirkan, dan memecahkan setiap masalah yang dihadapi.
  2. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran adalah peserta didik, bukan guru metode, ataupun bahan.
  3. Mendidik peserta didik menjadi pribadi yang berani berdiri sendiri dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat yang baik.
  4. Tidak mementingkan pengetahuan “siap pakai”, yang bersifat hafalan atau hasil peniruan, melainkan pengetahuan fungsional yang dapat dipergunakan untuk berprakarsa, menciptakan, dan berbuat.
  5. Dalam belajar, peserta didik harus diberi kesiapan untuk menjalani proses berfikir sesuai dengan perkembangannya.
  6. Sekolah kerja merupakan suatu bentuk masyarakat kecil, tempat peserta didik mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting begi pendidikan moral, sosial, dan kecerdasan.
Macam-macam sekolah kerja :
·         Sekolah kerja sosiologis (aliran pendidikan sosial ekstrim)
Pelopornya G. Kerschensteinar (1854-1932) berkebangsaan Jerman. Dia berpendapat bahwa masyarakatlah yang lebih primer. Tugas pendidikan yakni membimbing peserta didik menjadi warga negara yang baik sebab negara merupakan masyarakat yang tinggi. Peserta didik dipersiapkan menjadi warga negara melalui latihan bekerja dengan pertimbangan sebagai berikut :
1)      Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan pekerjaan atau jabatan negara.
2)      Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara.
3)      Untuk menunaikan kedua tugas tersebut tiap warga negara harus ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara.
·         Sekolah kerja psikologi
Pelopornya Ovide Decroly (1871-1931) berkebangsaan Belanda. Menurutnya, segala kegiatan peserta didik melalui proses pengajaran yang kongkret, aktif, dan kreatif berdasarkan suatu kebulatan yang dianalisis peserta didik melalui observasi ( berdasarkan psikologi Gestalt ), yaitu kebulatan dikenal lebih dahulu daripada bagian-bagiannya. Bahan pelajaran ditentukan berdasarkan pusat perhatian anak.
·         Sekolah kerja sosiologis psikologis
Pelopornya J. Dewey (1859-1952). Dalm sekolah kerja ini harus diciptakan suasana yang memungkinkan anak dapat bekerja secara bebas dan spontan sehingga perkembngan pribadi anak dapat berlangsung dengan baik. Sekolah tidak boleh  mementingkan pendidikan kecerdasan, tetapi juga mementingkan pendidikan  kemasyarakatan, dan kesusilaan.
·         Sekolah kerja kepribadian
Pelopornya H. Gandi (1860-1923) berkebangsaan Jerman. H. Gandi lebih menekankan perkembangan kepribadian anak.Berpendapat bahwa walaupun bentuk pengajaran pada sekolah itu bekerja, tetapi sekolah itu tetap sekolah umum, bukan sekolah kejuruan.

1.4.Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif.
Dasar Konsepsi “Proyek” pada dasarnya adalah tugas yang harus dipecahkan melalui suatu rencana dan penyelenggaraan kegiatan secara baik. Hasil kegiatan itu akhirnya dinilai. Permasalahan yang dibahas haruslah yang ada kaitannya dengan kehidupan anak secara nyata, yaitu yang ada di lingkungan atau masyarakat di mana anak hidup. Mulai dari penentuan masalah sampai pada penilaian anak harus di ikuti sertakan secara aktif, baik secara perorangan maupun berkelompo.(http://www.ariefalhady.co.cc/2010/09/gerakan-baru-dalam pendidikan.html)
Pelopornya yaitu W.H. Kilpatrick (1871) berkembang di Amerika. Prinsip pokok pengajaran proyek yaitu harus aktif, ilmiah, dan memasyarakat. Proyek pada dasarnya tugas yang harus dikerjakan melalui rencana dan penyelenggaraan kegiatan secara baik, dan di akhiri dengan penilaian. Untuk itu, peserta didik harus aktif baik secara perorangan maupun kelompok, mulai dari penentuan masalah sampai penilaian. (“H. Zahara Idris. Pengantar Pendidikan 1“)
Pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komperehensil. Dengan kata lain menumbuhkan kemampuan memecahkan multidisiplin. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting terutama dalam masyarakat yang maju.(“Tim FIP UNP 2006”)
Langkah-langkah pokok pengajaran proyek
a.       Persiapan.
Meliputi kegiatan menentukan masalah, menetapkan jenis-jenis kegiatan, menentukan siapa yang akan melakukan kegiatan tertentu, peralatan yang diperlukan, dan judul kegiatan. Kegiatan di bentuk dalam rencana nyata, lengkap, dan jelas hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Metode yang dipakai yaitu metode ilmiah.
b.      Kegiatan belajar
Kegiatan belajar berupa pelaksaan rencana yang sudah dibuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis yang disusun.
c.       Penilaian
Bentuknya yakni, mengadakan pameran. Semua hasil kegiatan yang dilakukan (misalnya: gambar, karangan, model) dipamerkan.Selama kegiatan dan akhir kegiatan peserta didik membuat catatan pada buku proyek sehingga bentuk dan isinya berbeda antara satu dengan yang lain.

Pengaruh gerakan baru dalam pendidikan terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
Kajian tentang pemikiran – pemikiran pendidikan pada masa lalu akan sangat bermanfaaat untuk memperluas pemahaman tentang bentuk pendidikan, serta memupuk wawasan historis dari setiap tenaga kependidikan. Kedua hal itu sangat penting karena setiap keputusan dan tindakan di bidang pendidikan, termasuk bidang pembelajaran, akan membawa dampak bukan hanya pada masa kini tetapi juga masa depan.

Selain Pengajaran Alam Sekitar, Pengajaran Pusat Perhatian, Sekolah Kerja, dan Pengajaran Proyek, gerakan baru dalam pendidikan juga terdapatberbagai pengajaran, seperti berikut :
Ø  Pengajaran Bermakna
Menurut Ausubel dalam (Dahar, 1988: 134) belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi:
a)      Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi disajikan pada siswa, melalui penemuan atau penerimaan. Belajar penerimaan menyajikan materi dalam bentuk final, dan belajar penemuan mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan.
b)      Dimensi kedua berkaitan dengan bagaimana cara siswa dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran pada struktur kognitif yang telah dimilikinya, ini berarti belajar bermakna. Akan tetapi jika siswa hanya mencoba-coba menghapal informasi baru tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
Ø  Pengajaran Berprograma
Prinsip-prinsip pengajaran berprograma
1.      Belajar melalui langka pendek
a)      Materi terdiri dari unit terkecil Unit, yaitu satu kesatuan bulat yang berarti.
b)      Setiap unit dipelajari tuntas/mastery learning.
c)      Adanya tes dalam setiap unit, untuk mengetahui ketuntasan materi.
d)     Kesesuaian waktu dengan materi.
2.      Belajar dengan aktivitas tinggi
a.       Aktivitas tinggi digambarkan dengan banyak kegiatan dalam berfikir.
b.      Rangsangan dalam belajar.
c.       Apersepsi.
d.      Bahasa harus menarik/respon dari siswa dengan membuat perhatian.
e.       Ilustrasi yang meningkatkan motivasi.
f.       Buat pertanyaan/tugas yang berhubungan dengan topik untuk menigkatkan respon.
3.      Belajar dengan mamperoleh umpan balik, umapan balik dalam pengajaran berprograma melalui:
a.       Jawaban, yaitu diberi alasan/kejelasan.
b.      Komentar, yaitu berupa reinforcement ( reward dan punishment ).
c.       Temuan-temuan, yaitu yang dikerjakan oleh peserta didik.
4.      Belajar dengan maju berkelanjutan
a.       Tujuan ditetapkan untuk mengubah kognitif secara spesifik.
b.      Materi yang disajikan Sederhana dan kompleks.

5.      Belajar individual
a.       Bahan ajaran yag diberikan harus mampu mewakili guru. Misalnya pada saat mengajar guru harus memberikan contoh/ilustrasi, penguatan, respon, bahkan motivasi.
b.      Dalam pengajaran berprograma siswa diharapakan mampu memahami materi tanpa disampaikan oleh guru. Jadi dalam setiap bingkai pada pengajaran berprograma harus memuat 3 unsur:
·         Informasi dan ilustrasi/contoh.
·         Pertanyaan/latihan/tugas.
·         Respon siswa.

2 komentar:

  1. Artikel yang bagus...
    Sayang blognya tidak terawat...
    Ayo semangat untuk mengaktifkan kembali blognya, agar tampilan dan fungsi gadgetnya aktif...

    BalasHapus
  2. Maaf, saya hanya ingin mengoreksi.
    Ovide Decroly bukan dari Belanda, ia dari Belgia.
    Terima kasih.

    BalasHapus